PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Editing By : H. Sy.
Abubakar Al Qadrie
![]() |
Berdasarkan jumlah dan
sifat perilaku para anggotanya, PTK dapat berbentuk individual dan kaloboratif,
yang dapat disebut PTK individual dan PTK kaloboratif. Dalam PTK individual
seorang guru melaksanakan PTK di kelasnya sendiri atau kelas orang lain, sedang
dalam PTK kaloboratif beberapa orang guru secara sinergis melaksanakan PTK di
kelas masing-masing dan diantara anggota melakukan kunjungan antar kelas.
Penetian Tindakan Kelas
(PTK) yang dilakukan tidak hanya bersfat monoton, akan tetapi keterkaitan
antara guru, siswa, proses dalam kegiatan pembelajaran dilakukan secara
komperhensif dan terpadu, sehingga hasil capai dari penelitian teraplikasi
secara optimal dalam rangka perbaikan mutu pembelajaran. Keterkatan tersebut
dapat dikategorikan sebagai berikut :
- PTK yang dikaitkan dengan pengelolaan kelas dapat dilakukan dalam rangka:
1) meningkatkan kegiatan
belajar-mengajar,
2) meningkatkan partisipasi
siswa dalam belajar,
3) menerapkan pendekatan
belajar-mengajar inovatif, dan
4) mengikutsertakan pihak
ketiga dalam proses belajar-mengajar.
·
PTK yang dikaitkan dengan proses belajar mengajar
dapat dilakukan dalam rangka:
1) menerapkan berbagai metode
mengajar,
2) mengembangkan kurikulum,
3) meningkatkan peranan siswa
dalam belajar, dan
4) memperbaiki metode
evaluasi.
- · PTK yang dikaitkan dengan pengembangan/penggunaan sumber-sumber belajar dapat dilakukan dalam rangka pengembangan pemanfaatan :
1) model atau peraga,
2) sumber-sumber lingkungan,
dan
3) peralatan tertentu.
- · PTK sebagai wahana peningkatan personal dan profesional dapat dilakukan dalam rangka :
1) meningkatkan hubungan
antara siswa, guru, dan orang tua,
2) meningkatkan “konsep diri”
siswa dalam belajar,
3) meningkatkan sifat dan
kepribadian siswa, serta
4) meningkatkan kompetensi
guru secara profesional.
Tujuan Penelitian Tindakan
Kelas (PTK):
·
Memperbaiki dan meningkatkan mutu praktik
pembelajaran yang dilaksanakan guru demi tercapainya tujuan pembelajaran.
·
Memperbaiki dan meningkatkan kinerja-kinerja
pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru.
·
Mengidentifikasi, menemukan solusi, dan mengatasi
masalah pembelajaran di kelas agar pembelajaran bermutu.
·
Meningkatkan dan memperkuat kemampuan guru dalam
memecahkan masalah-masalah pembelajaran dan membuat keputusan yang tepat bagi
siswa dan kelas yang diajarnya.
·
Mengeksplorasi dan membuahkan kreasi-kreasi dan
inovasi-inovasi pembelajaran (misalnya, pendekatan, metode, strategi, dan
media) yang dapat dilakukan oleh guru demi peningkatan mutu proses dan hasil
pembelajaran.
·
Mencobakan gagasan, pikiran, kiat, cara, dan
strategi baru dalam pembelajaran untuk meningkatkan mutu pembelajaran selain
kemampuan inovatif guru.
·
Mengeksplorasi pembelajaran yang selalu berwawasan
atau berbasis penelitian agar pembelajaran dapat bertumpu pada realitas empiris
kelas, bukan semata-mata bertumpu pada kesan umum atau asumsi.
Manfaat Penelitian Tindakan Kelas
(PTK)
·
Menghasilkan laporan-laporan PTK yang dapat
dijadikan bahan panduan guru untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Selain itu
hasil-hasil PTK yang dilaporkan dapat menjadi bahan artikel ilmiah atau makalah
untuk berbagai kepentingan, antara lain disajikan dalam forum ilmiah dan dimuat
di jurnal ilmiah.
·
Menumbuhkembangkan kebiasaan, budaya, dan atau
tradisi meneliti dan menulis artikel ilmiah di kalangan guru. Hal ini telah
ikut mendukung professionalisme dan karir guru.
·
Mampu mewujudkan kerja sama, kaloborasi, dan atau
sinergi antar-guru dalam satu sekolah atau beberapa sekolah untuk bersama-sama
memecahkan masalah pembelajaran dan meningkatkan mutu pembelajaran.
·
Mampu meningkatkan kemampuan guru dalam
menjabarkan kurikulum atau program pembelajaran sesuai dengan tuntutan dan
konteks lokal, sekolah, dan kelas. Hal ini memperkuat dan relevansi
pembelajaran bagi kebutuhan siswa.
·
Dapat memupuk dan meningkatkan keterlibatan,
kegairahan, ketertarikan, kenyamanan, dan kesenangan siswa dalam mengikuti
proses pembelajaran di kelas yang dilaksanakan guru. Hasil belajar siswa pun
dapat ditingkatkan.
·
Dapat mendorong terwujudnya proses pembelajaran
yang menarik, menantang, nyaman, menyenangkan, dan melibatkan siswa karena
strategi, metode, teknik, dan atau media yang digunakan dalam pembelajaran
demikian bervariasi dan dipilih secara sungguh-sungguh.
Karakteristik Penelitian
Tindakan Kelas (PTK)
·
Bersifat siklis, artinya PTK terlihat siklis-siklis
(perencanaan, pemberian tindakan, pengamatan dan
refleksi), sebagai prosedur baku penelitian.
·
Bersifat longitudinal, artinya PTK harus
berlangsung dalam jangka waktu tertentu (misalnya 2-3 bulan) secara kontinyu
untuk memperoleh data yang diperlukan, bukan “sekali tembak” selesai
pelaksanaannya.
·
Bersifat partikular-spesifik jadi tidak bermaksud
melakukan generalisasi dalam rangka mendapatkan dalil-dalil. Hasilnyapun tidak
untuk digenaralisasi meskipun mungkin diterapkan oleh orang lain dan ditempat
lain yang konteksnya mirip.
·
Bersifat partisipatoris, dalam arti guru sebagai
peneliti sekali gus pelaku perubahan dan sasaran yang perlu diubah. Ini berarti
guru berperan ganda, yakni sebagai orang yang meneliti sekali gus yang diteliti
pula.
·
Bersifat emik (bukan etik), artinya PTK memandang
pembelajaran menurut sudut pandang orang dalam yang tidak berjarak dengan yang
diteliti; bukan menurut sudut pandang orang luar yang berjarak dengan hal yang
diteliti.
·
Bersifat kaloboratif atau kooperatif, artinya
dalam pelaksanaan PTK selalu terjadi kerja sama atau kerja bersama antara
peneliti (guru) dan pihak lain demi keabsahan dan tercapainya tujuan
penelitian.
·
Bersifat kasuistik, artinya PTK menggarap
kasus-kasus spesifik atau tertentu dalam pembelajaran yang sifatnya nyata dan
terjangkau oleh guru; menggarap masalah-masalah besar.
·
Menggunakan konteks alamiah kelas, artinya kelas
sebagai ajang pelaksanaan PTK tidak perlu dimanipulasi dan atau direkayasa demi
kebutuhan, kepentingan dan tercapainya tujuan penelitian.
· Mengutamakan adanya kecukupan data yang diperlukan
untuk mencapai tujuan penelitian, bukan kerepresentasifan (keterwakilan jumlah)
sampel secara kuantitatif. Sebab itu, PTK hanya menuntut penggunaan statistik
yang sederhana, bukan yang rumit.
·
Bermaksud mengubah kenyataan, dan situasi
pembelajaran menjadi lebih baik dan memenuhi harapan, bukan bermaksud membangun
teori dan menguji hipotesis.
Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK)
1. Menyusun proposal PTK.
Dalam kegiatan ini perlu
dilakukan kegiatan pokok, yaitu;
·
mendeskripsikan dan menemukan masalah PTK dengan
berbagai metode atau cara,
·
menentukan cara pemecahan masalah PTK dengan
pendekatan, strategi, media, atau kiat tertentu,
·
memilih dan merumuskan masalah PTK baik berupa
pertanyaan atau pernyataan sesuai dengan masalah dan cara pemecahannya,
·
menetapkan tujuan pelaksanaan PTK sesuai dengan
masalah yang ditetapkan,
·
memilih dan menyusun persfektif, konsep, dan
perbandingan yang akan mendukung dan melandasi pelaksanaan PTK,
·
menyusun siklus-siklus yang berisi rencana-rencana
tindakan yang diyakini dapat memecahkan masalah-masalah yang telah dirumuskan,
·
menetapkan cara mengumpulkan data sekaligus
menyusun instrumen yang diperlukan untuk menjaring data PTK,
·
menetapkan dan menyusun cara-cara analisis data
PTK.
2. Melasanakan siklus
(rencana tindakan) di dalam kelas.
Dalam kegiatan ini
diterapkan rencana tindakan yang telah disusun dengan variasi tertentu sesuai
dengan kondisi kelas. Selama pelaksanaan tindakan dalam siklus dilakukan pula
pengamatan dan refleksi. baik pelaksanaan tindakan, pengamatan maupun refleksi
dapat dilakukan secara beiringan, bahkan bersamaan. Semua hal yang berkaitan
dengan hal diatas perlu dikumpulkan dengan sebaik-baiknya.
3. Menganalisis data
Data yang telah dikumpulkan baik data tahap perencanaan,
pelaksnaan tindakan, pengamatan, maupun refleksi. Analisis data ini harus
disesuaikan dengan rumusan masalah yang telah ditetapkan. Hasil analisis data
ini dipaparkan sebagai hasil PTK. Setelah itu, perlu dibuat kesimpulan dan
rumusan saran.
4. Menulis laporan PTK,
Penulisan PTK dapat dilakukan bersamaan dengan kegiatan
menganalisis data. Dalam kegiatan ini pertama-tama perlu ditulis paparan hasil-hasil
PTK. Paparan hasil PTK ini disatukan dengan deskripsi masalah, rumusan masalah,
tujuan, dan kajian konsep atau teoritis. Inilah laporan PTK.
Implementasi Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) memiliki potensi yang
sangat besar untuk meningkatkan pembelajaran apabila diimplementasikan dengan
baik dan benar. Diimplementasikan dengan baik di sini berarti pihak yang
terlibat (dosen dan guru) mencoba dengan sadar mengembangkan kemampuan dalam
mendeteksi dan memecahkan masalah-masalah pendidikan dan pembelajaran melalui
tindakan bermakna yang diperhitungkan dapat memecahkan masalah atau memperbaiki
situasi dan kemudian secara cermat mengamati pelaksanaannya untuk mengukur
tingkat keberhasilannya. Diimplementasikan dengan benar berarti sesuai dengan
kaidah-kaidah penelitian tindakan.
Makalah ini membahas
bagaimana implementasi penelitian tindakan kelas untuk peningkatan kualitas
pembelajaran yang mencakup diagnosis dan penetapan masalah yang ingin
diselesaikan, bentuk dan skenario tindakan, pengembangan instrumen untuk
mengukur kebehasilan tindakan, serta prosedur analisis dan interpretasi data
penelitian.
A.
Diagnosis dan Penetapan Masalah
Masalah PTK yang merupakan
penelitian kolaborasi antara dosen dan guru di sekolah hendaknya berasal dari
persoalan-persoalan praktis yang dihadapi guru di kelas. Oleh karena itu,
diagnosis masalah hendaknya tidak dilakukan oleh dosen lalu ”ditawarkan” kepada
guru untuk dipecahkan tetapi sebaiknya dilakukan bersama-sama oleh dosen dan
guru. Pada kenyataannya dosen dapat mengajak guru untuk berkolaborasi melakukan
PTK dan menanyakan masalah-masalah apa yang dihadapi guru yang mungkin dapat
diteliti melalui PTK. Guru yang telah berpengalaman melakukan penelitian
tindakan kelas mungkin dapat langsung mengatakan permasalahan yang dihadapinya
yang mungkin dapat diteliti bersama dan kemudian membahas masalah tersebut
dengan dosen.
Lain halnya dengan guru yang belum berpengalaman dalam PTK. Guru tersebut mungkin belum dapat secara langsung mengemukakan permasalahan yang mungkin dapat diteliti bersama dosen. Dalam hal ini dosen perlu meminta izin kepada guru untuk hadir di kelas dan mengamati guru mengajar. Setelah pembelajaran berakhir dosen dapat terlebih dahulu menanyakan kepada guru masalah apa yang dirasakan guru pada saat pembelajaran sebelum mengusulkan salah satu permasalahan yang dipikirkan dosen. Dosen baru-boleh mengajukan permasalahan bila guru tidak dapat mendeteksi adanya masalah di kelasnya.
Lain halnya dengan guru yang belum berpengalaman dalam PTK. Guru tersebut mungkin belum dapat secara langsung mengemukakan permasalahan yang mungkin dapat diteliti bersama dosen. Dalam hal ini dosen perlu meminta izin kepada guru untuk hadir di kelas dan mengamati guru mengajar. Setelah pembelajaran berakhir dosen dapat terlebih dahulu menanyakan kepada guru masalah apa yang dirasakan guru pada saat pembelajaran sebelum mengusulkan salah satu permasalahan yang dipikirkan dosen. Dosen baru-boleh mengajukan permasalahan bila guru tidak dapat mendeteksi adanya masalah di kelasnya.
Di dalam mendiagnosis
masalah untuk PTK ini guru dan dosen harus ingat bahwa tidak semua topik
penelitian dapat diangkat sebagai topik PTK. Hanya masalah yang dapat
“dikembangkan berkelanjutan” dalam kegiatan harian selama satu semester atau
satu tahun yang dapat dipilih menjadi topik. “Dikembangkan berkelanjutan”
berarti bahwa setiap waktu tertentu, misalnya 2 minggu atau satu bulan, rumusan
masalahnya, atau hipotesis tindakannya, atau pelaksanaannya sudah perlu diganti
atau dimodifikasi. Dalam kegiatan di kelas, guru dapat mencermati
masalah-masalah apa yang dapat dikembangkan berkelanjutan ini dalam empat bidang
yaitu yang berkaitan dengan pengelolaan kelas, proses
belajar mengajar, pengembangan /penggunaan sumber-sumber belajar, maupun sebagai wahana
peningkatan personal dan profesional.
Jadi, masalah penelitian
yang dipilih hendaknya memenuhi kriteria “dapat diteliti”, dapat “ditindaki”,
dan “ditindaklanjuti”. Dari sekian banyak kemungkinan masalah, guru bersama
dosen perlu mendiagnosis masalah apa atau masalah mana yang perlu
diprioritaskan pemecahannya dalam penelitian yang akan dilakukan bersama itu.
Penetapan masalah
hendaknya dilakukan bersama oleh dosen dan guru setelah menganalisis seluruh
pilihan masalah, minat, dan keinginan guru serta dosen (bersama) untuk
memecahkan salah satu atau beberapa di antaranya. Penetapan masalah ini
ditandai dengan penentuan permasalahan yang akan diteliti dan perumusan fokus
masalahnya. Rumusan fokus masalah yang mungkin ditetapkan bersama antara guru
dan dosen dapat berupa rumusan sebagai berikut:
·
Masalah-masalah lain yang mungkin dihadapi guru
dapat berupa:
Bagaimana meningkatkan minat dan motivasi siswa untuk belajar? yang “ideal” itu dapat meningkatkan antusiasme siswa sehingga mereka sepertinya “tidak sabar” menunggu-nunggu datangnya jam pelajaran yang dibina oleh guru tersebut;
Bagaimana meningkatkan minat dan motivasi siswa untuk belajar? yang “ideal” itu dapat meningkatkan antusiasme siswa sehingga mereka sepertinya “tidak sabar” menunggu-nunggu datangnya jam pelajaran yang dibina oleh guru tersebut;
·
Bagaimana mengajak siswa agar di kelas mereka
benar-benar aktif belajar (aktif secara mental maupun fisik, aktif berpikir)?
·
Bagaimana menghubungkan materi pembelajaran dengan
lingkungan kehidupan siswa sehari-hari agar mereka dapat menggunakan
pengetahuan dan pemahamannya mengenai materi itu dalam kehidupan sehari-hari
dan tertarik untuk mempelajarinya karena mengetahui manfaatnya?
·
Bagaimana memilih strategi pembelajaran yang
paling tepat untuk membelajarkan materi?
·
Bagaimana melaksanakan pembelajaran kooperatif?
Striger (2004) memberikan
arahan untuk memfokuskan penelitian dengan jelas setelah melakukan refleksi
mengenai apa yang terjadi yang memunculkan masalah dan apa isu serta peristiwa
yang terkait dengan masalah. Isu atau masalah itu harus dinyatakan dalam bentuk
pertanyaan yang dapat diteliti dan diidentifikasi tujuan meneliti masalah
tersebut.
Isu atau topik yang ingin
diteliti:
Ø Definisikan apa isu atau
peristiwa yang menimbulkan permasalahan.
Ø Masalah penelitian: Nyatakan
isu sebagai suatu masalah.
Ø Rumusan masalah: Tuliskan
masalah dalam bentuk pertanyaan.
Ø Tujuan penelitian : Deskripsikan apa yang
diharapkan dapat diperoleh dengan meneliti masalah ini.
Ø Isu : Siswa kurang aktif
di kelas, cenderung tidak pernah mengajukan pertanyaan dalam pembelajaran. Guru
sering memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tetapi hampir tidak ada
siswa yang bertanya.
Ø Masalah : Siswa perlu
digalakkan untuk aktif dalam kelas, aktif secara utuh (sedapat mungkin ”hands
on” atau ”minds on”, bahkan juga kalau mungkin ”hearts on”).
Ø
Fokus masalah: Bagaimana meningkatkan partisipasi siswa
dalam kelas?
Rumusan masalah PTK yang
lengkap biasanya berupa suatu pertanyaan dalam bentuk ”Masalah apa yang terjadi
di kelas, bagaimana upaya mengatasinya, apa tindakan yang dianggap tepat untuk
itu, di kelas, dan sekolah mana hal itu terjadi?”
Contoh fokus masalah (rumusan masalah yang belum dilengkapi dengan tindakan dan lokasi penelitian): Bagaimana peningkatan partisipasi siswa dalam kelas, baik secara ”hands on”, ”minds on” maupun ”hearts on” ?
Contoh fokus masalah (rumusan masalah yang belum dilengkapi dengan tindakan dan lokasi penelitian): Bagaimana peningkatan partisipasi siswa dalam kelas, baik secara ”hands on”, ”minds on” maupun ”hearts on” ?
Tujuan penelitian:
Merupakan jawaban terhadap masalah penelitian
Contoh tujuan (yang belum dilengkapi dengan tindakan dan lokasi penelitian): Meningkatkan partisipasi siswa dalam kelas, baik secara ”hands on”, ”minds on” maupun ”hearts on”..
Contoh tujuan (yang belum dilengkapi dengan tindakan dan lokasi penelitian): Meningkatkan partisipasi siswa dalam kelas, baik secara ”hands on”, ”minds on” maupun ”hearts on”..
B. Gagas
Pendapat
Setelah ditetapkan fokus
masalah seperti itu, dosen dan guru berdiskusi mengadakan gagas pendapat
mengenai tindakan apa saja yang dapat dipilih untuk memecahkan masalah. Bentuk dan Skenario tindakan
Gagas pendapat mengenai
tindakan apa saja yang dapat memecahkan masalah yang dihadapi akan menghasilkan
banyak alternatif tindakan yang dapat dipilih. Dosen dan guru perlu membahas
bentuk dan macam tindakan (atau tindakan-tindakan) apa yang kira-kira paling
dikehendaki untuk dicoba dan dilaksanakan dalam kelas. Bentuk dan macam
tindakan ini kemudian dimasukkan dalam judul usulan penelitian yang akan disusun
bersama oleh dosen dan guru.
Tindakan yang dipilih
dapat disebutkan sebagai suatu nama tindakan (misalnya penugasan siswa membaca
materi pelajaran 10 menit sebelum pembelajaran) atau dalam bentuk penggunaan
salah satu bentuk media pembelajaran (misalnya penggunaan peta konsep,
penggunaan lingkungan sekitar sekolah, penggunaan sungai, dan seterusnya), atau
dapat pula dalam bentuk suatu strategi pembelajaran (misalnya strategi
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw atau STAD atau TGT atau GI, strategi
pembelajaran berbasis masalah dan seterusnya). Contoh tindakan untuk rumusan masalah
di atas: problem posing .
Bagaimana tindakan
tersebut akan dilaksanakan dalam PTK perlu direncanakan dengan cermat.
Perencanaan pelaksanaan tindakan ini dituangkan dalam bentuk Rencana
Pembelajaran (RP) atau dalam bentuk Skenario Pembelajaran. Dalam makalah ini
dilampirkan (Lampiran 2) contoh salah satu RP untuk pembelajaran dengan Problem
Posing (Chotimah dkk., 2005).
C. Pengembangan
Instrumen
Pengembangan Instrumen
untuk Mengukur Keberhasilan Tindakan
Instrumen yang diperlukan dalam penelitian tindakan kelas (PTK) haruslah sejalan dengan prosedur dan langkah PTK. Instrumen untuk mengukur keberhasilan tindakan dapat dipahami dari dua sisi yaitu sisi proses dan sisi hal yang diamati.
Instrumen yang diperlukan dalam penelitian tindakan kelas (PTK) haruslah sejalan dengan prosedur dan langkah PTK. Instrumen untuk mengukur keberhasilan tindakan dapat dipahami dari dua sisi yaitu sisi proses dan sisi hal yang diamati.
1. Dari sisi proses
Dari sisi proses (bagan
alirnya), instrumen dalam PTK harus dapat menjangkau masalah yang berkaitan
dengan input (kondisi awal), proses (saat berlangsung), dan output (hasil).
a. Instrumen untuk input
Instrumen untuk input
dapat dikembangkan dari hal-hal yang menjadi akar masalah beserta pendukungnya.
Misalnya: akar masalah adalah bekal awal/prestasi tertentu dari peserta didik
yang dianggap kurang. Dalam hal ini tes bekal awal dapat menjadi instrumen yang
tepat. Di samping itu, mungkin diperlukan pula instrumen pendukung yang
mengarah pada pemberdayaan tindakan yang akan dilakukan, misalnya: format peta
kelas dalam kondisi awal, buku teks dalam kondisi awal, dst.
b. Instrumen untuk proses
Instrumen yang digunakan
pada saat proses berlangsung berkaitan erat dengan tindakan yang dipilih untuk
dilakukan. Dalam tahap ini banyak format yang dapat digunakan. Akan tetapi,
format yang digunakan hendaknya yang sesuai dengan tindakan yang dipilih.
c. Instrumen untuk output
Adapun instrumen untuk
output berkaitan erat dengan evaluasi pencapaian hasil berdasarkan kriteria
yang telah ditetapkan. Misalnya: nilai 75 ditetapkan sebagai ambang batas peningkatan
(pada saat dilaksanakan tes bekal awal, nilai peserta didik berkisar pada angka
50), maka pencapaian hasil yang belum sampai pada angka 75 perlu untuk
dilakukan tindakan lagi (ada siklus berikutnya).
2. Dari sisi Hal yang Diamati
Selain dari sisi proses
(bagan alir), instrumen dapat pula dipahami dari sisi hal yang diamati. Dari
sisi hal yang diamati, instrumen dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu:
instrumen untuk mengamati guru (observing teachers), instrumen untuk mengamati
kelas (observing classroom), dan instrumen untuk mengamati perilaku siswa
(observing students) (Reed dan Bergermann,1992).
a. Pengamatan terhadap Guru
(Observing Teachers)
Pengamatan merupakan alat
yang terbukti efektif untuk mempelajari tentang metode dan strategi yang diimplementasikan
di kelas, misalnya, tentang organisasi kelas, respon siswa terhadap lingkungan
kelas, dsb. Salah satu bentuk instrumen pengamatan adalah catatan anekdotal
(anecdotal record).
Catatan anekdotal memfokuskan pada hal-hal spesifik yang terjadi di dalam kelas atau catatan tentang aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran. Catatan anekdotal mencatat kejadian di dalam kelas secara informal dalam bentuk naratif. Sejauh mungkin, catatan itu memuat deskripsi rinci dan lugas peristiwa yang terjadi di kelas. Catatan anekdotal tidak mempersyaratkan pengamat memperoleh latihan secara khusus. Suatu catatan anekdotal yang baik setidaknya memiliki empat ciri, yaitu:
Catatan anekdotal memfokuskan pada hal-hal spesifik yang terjadi di dalam kelas atau catatan tentang aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran. Catatan anekdotal mencatat kejadian di dalam kelas secara informal dalam bentuk naratif. Sejauh mungkin, catatan itu memuat deskripsi rinci dan lugas peristiwa yang terjadi di kelas. Catatan anekdotal tidak mempersyaratkan pengamat memperoleh latihan secara khusus. Suatu catatan anekdotal yang baik setidaknya memiliki empat ciri, yaitu:
·
pengamat harus mengamati keseluruhan sekuensi peristiwa
yang terjadi di kelas,
·
tujuan, batas waktu dan rambu-rambu pengamatan
jelas,
·
hasil pengamatan dicatat lengkap dan hati-hati,
dan
·
pengamatan harus dilakukan secara objektif.
Beberapa model catatan
anekdotal yang diusulkan oleh Reed dan Bergermann (1992) dan dapat digunakan
dalam PTK, antara lain:
·
Catatan Anekdotal Peristiwa dalam Pembelajaran
(Anecdotal Record for Observing Instructional Events),
·
Catatan Anecdotal Interaksi Guru-Siswa (Anecdotal
Teacher-Student Interaction Form),
·
Catatan Anekdotal Pola Pengelompokan Belajar
(Anecdotal Record Form for Grouping Patterns),
·
Pengamatan Terstruktur (Structured Observation),
·
Lembar Pengamatan Model Manajemen Kelas (Checklist
for Management Model),
·
Lembar Pengamatan Keterampilan Bertanya (Checklist
for Examining Questions),
·
Catatan Anekdotal Aktivitas Pembelajaran
(Anecdotal Record of Pre-, Whilst-, and Post-Teaching Activities) ,
·
Catatan Anekdotal Membantu Siswa Berpartisipasi
(Checklist for Routine Involving Students), dsb.
b. Pengamatan terhadap Kelas
(Observing Classrooms)
Catatan anekdotal dapat
dilengkapi sambil melakukan pengamatan terhadap segala kejadian yang terjadi di
kelas. Pengamatan ini sangat bermanfaat karena dapat mengungkapkan
praktik-praktik pembelajaran yang menarik di kelas. Di samping itu, pengamatan
itu dapat menunjukkan strategi yang digunakan guru dalam menangani kendala dan
hambatan pembelajaran yang terjadi di kelas. Catatan anekdotal kelas meliputi
deskripsi tentang lingkungan fisik kelas, tata letaknya, dan manajemen kelas.
Beberapa model catatan
anekdotal kelas yang diusulkan oleh Reed dan Bergermann (1992) dan dapat
digunakan dalam PTK, antara lain:
·
Format Anekdotal Organisasi Kelas (Form for
Anecdotal Record of Classroom Organization),
·
Format Peta Kelas (Form for a Classroom Map),
·
Observasi Kelas Terstruktur (Structured Observation
of Classrooms),
·
Format Skala Pengkodean Lingkungan Sosial Kelas
(Form for Coding Scale of Classroom Social Environment),
·
Lembar Cek Wawancara Personalia Sekolah (Checklist
for School Personnel Interviews),
·
Lembar Cek Kompetensi (Checklist of Competencies),
dsb.
c. Pengamatan terhadap Siswa
(Observing Students).
Pengamatan terhadap
perilaku siswa dapat mengungkapkan berbagai hal yang menarik. Masing-masing
individu siswa dapat diamati secara individual atau berkelompok sebelum, saat
berlangsung, dan sesudah usai pembelajaran. Perubahan pada setiap individu juga
dapat diamati, dalam kurun waktu tertentu, mulai dari sebelum dilakukan
tindakan, saat tindakan diimplementasikan, dan seusai tindakan.
Beberapa model pengamatan terhadap perilaku siswa diusulkan oleh Reed dan Bergermann (1992) yang dapat digunakan dalam PTK, antara lain:
Beberapa model pengamatan terhadap perilaku siswa diusulkan oleh Reed dan Bergermann (1992) yang dapat digunakan dalam PTK, antara lain:
·
Tes Diagnostik (Diagnostic Test) ,
·
Catatan Anekdotal Perilaku Siswa (Anecdotal Record
for Observing Students),
·
Format Bayangan (Shadowing Form),
·
Kartu Profil Siswa (Profile Card of Students),
·
Carta Deskripsi Profil Siswa (Descriptive Profile
Chart),
·
Sistem Koding Partisipasi Siswa (Coding System to
Observe Student Participation in Lessons),
·
Inventori Kalimat tak Lengkap (Incomplete Sentence
Inventory),
·
Pedoman Wawancara untuk Refleksi (Interview Guide
for Reflection),
·
Sosiogram, dsb
Adapun instrumen lain
selain catatan anekdotal yang dapat digunakan dalam pengumpulan data PTK dapat
berwujud:
1.
Pedoman Pengamatan.
Pengamatan partisipatif
dilakukan oleh orang yang terlibat secara aktif dalam proses pelaksanaan
tindakan. Pengamatan ini dapat dilaksanakan dengan pedoman pengamatan (format,
daftar cek), catatan lapangan, jurnal harian, observasi aktivitas di kelas,
penggambaran interaksi dalam kelas, alat perekam elektronik, atau pemetaan
kelas (cf. Mills, 2004: 19). Pengamatan sangat cocok untuk merekam data
kualitatif, misalnya perilaku, aktivitas, dan proses lainnya. Catatan lapangaan
sebagai salah satu wujud dari pengamatan dapat digunakan untuk mencatat data
kualitatif, kasus istimewa, atau untuk melukiskan suatu proses
Untuk memperoleh data dan
atau informasi yang lebih rinci dan untuk melengkapi data hasil observasi, tim
peneliti dapat melakukan wawancara kepada guru, siswa, kepala sekolah dan
fasilitator yang berkolaborasi. Wawancara digunakan untuk mengungkap data yang
berkaitan dengan sikap, pendapat, atau wawasan .
Wawancara dapat dilakukan secara bebas atau terstruktur. Wawancara hendaknya dapat dilakukan dalam situasi informal, wajar, dan peneliti berperan sebagai mitra. Wawancara hendaknya dilakukan dengan mempergunakan pedoman wawancara agar semua informasi dapat diperoleh secara lengkap. Jika dianggap masih ada informasi yang kurang, dapat pula dilakukan secara bebas. Guru yang berkolaborasi dapat berperan pula sebagai pewawancara terhadap siswanya. Namun harus dapat menjaga agar hasil wawancara memiliki objektivitas yang tinggi.
Wawancara dapat dilakukan secara bebas atau terstruktur. Wawancara hendaknya dapat dilakukan dalam situasi informal, wajar, dan peneliti berperan sebagai mitra. Wawancara hendaknya dilakukan dengan mempergunakan pedoman wawancara agar semua informasi dapat diperoleh secara lengkap. Jika dianggap masih ada informasi yang kurang, dapat pula dilakukan secara bebas. Guru yang berkolaborasi dapat berperan pula sebagai pewawancara terhadap siswanya. Namun harus dapat menjaga agar hasil wawancara memiliki objektivitas yang tinggi.
3.
Angket atau kuesioner
Indikator untuk angket
atau kuesioner dikembangkan dari permasalahan yang ingin digali.
4.
Pedoman Pengkajian Data dokumen
Dokumen yang dikaji dapat
berupa: daftar hadir, silabus, hasil karya peserta didik, hasil karya guru,
arsip, lembar kerja dll.
5.
Tes dan Asesmen Alternatif
Pengambilan data yang
berupa informasi mengenai pengetahuan, sikap, bakat dan lainnya dapat dilakukan
dengan tes atau pengukuran bekal awal atau hasil belajar dengan berbagai
prosedur asesmen (cf. Tim PGSM, 1999; Sumarno, 1997; Mills, 2004).
Instrumen ini dikembangkan
pada saat penyusunan usulan penelitian atau dikembangkan setelah usulan
penelitian disetujui untuk didanai dan dilaksanakan. Keuntungannya bila
instrumen dikembangkan pada saat penyusunan usulan adalah peneliti telah
mempersiapkan diri lebih dini sehingga peneliti dapat lebih cepat
mengimplementasikannya di lapangan.
Pengukuran keberhasilan tindakan
sedapat mungkin telah ditetapkan caranya sejak awal penelitian, demikian pula
kriteria keberhasilan tindakannya. Keberhasilan tindakan ini disebut sebagai
indikator keberhasilan tindakan. Indikator keberhasilan tindakan biasanya
ditetapkan berdasarkan suatu ukuran standar yang berlaku. Misalnya: pencapaian
penguasaan kompetensi sebesar 75% ditetapkan sebagai ambang batas ketuntasan
belajar (pada saat dilaksanakan tes awal, nilai peserta didik berkisar pada
angka 50), maka pencapaian hasil yang belum sampai 75% diartikan masih perlu
dilakukan tindakan lagi (ada siklus berikutnya).
D. Prosedur Analisis dan
Interpretasi Data Penelitian
Dalam PTK, perhatian lebih
kepada kasus daripada sampel. Hal ini berimplikasi bahwa metodologi yang
dipakai lebih dapat diterapkan terhadap pemahaman situasi problematik daripada
atas dasar prediksi di dalam parameter.
1. Analisis Data Penelitian.
Tahap-tahap analisis data
penelitian meliputi:
·
validasi hipotesis dengan menggunakan teknik yang
sesuai (saturasi, triangulasi, atau jika memang perlu uji statistik);
·
interpretasi dengan acuan teori, menumbuhkan praktik,
atau pendapat guru;
·
tindakan untuk perbaikan lebih lanjut yang juga
dimonitor dengan teknik penelitian kelas.
Analisis dilakukan dengan
menggunakan hasil pengumpulan informasi yang telah dilakukan dalam tahap
pengumpulan data. Misalnya, dengan memutar kembali hasil rekaman proses
pembelajaran dengan video tape recorder guru mengamati kegiatan mengajarnya dan
membahas masalah-masalah yang menjadi perhatian penelitian bersama dengan
dosen. Pada proses analisis dibahas apa yang diharapkan terjadi, apa yang
kemudian terjadi, mengapa terjadi tidak seperti yang diharapkan, apa
penyebabnya atau ternyata sudah terjadi seperti yang diharapkan, dan apakah
perlu dilakukan tindaklanjut
2. Validasi hipotesis
Validasi hipotesis adalah
diterima atau ditolaknya suatu hipotesis.
Jika di dalam desain penelitian tindakan kelas diajukan hipotesis tindakan yang merupakan keyakinan terhadap tindakan yang akan dilakukan, maka perlu dilakukan validasi. Validasi ini dimaksudkan untuk menguji atau memberikan bukti secara empirik apakah pernyataan keyakinan yang dirumuskan dalam bentuk hipotesis tindakan itu benar. Validasi hipotesis tindakan dengan menggunakan tehnik yang sesuai yaitu: saturasi, triangulasi dan jika perlu dengan uji statistik tetapi bukan generalisasi atas hasil PTK. Saturasi, apakah tidak ditemukan lagi data tambahan. Triangulasi, mempertentangkan persepsi seseorang pelaku dalam situasi tertentu dengan aktor-aktor lain dalam situasi itu, jadi data atau informasi yang telah diperoleh divalidasi dengan melakukan cek, recek, dan cek silang dengan pihak terkait untuk memperoleh kesimpulan yang objektif.
Jika di dalam desain penelitian tindakan kelas diajukan hipotesis tindakan yang merupakan keyakinan terhadap tindakan yang akan dilakukan, maka perlu dilakukan validasi. Validasi ini dimaksudkan untuk menguji atau memberikan bukti secara empirik apakah pernyataan keyakinan yang dirumuskan dalam bentuk hipotesis tindakan itu benar. Validasi hipotesis tindakan dengan menggunakan tehnik yang sesuai yaitu: saturasi, triangulasi dan jika perlu dengan uji statistik tetapi bukan generalisasi atas hasil PTK. Saturasi, apakah tidak ditemukan lagi data tambahan. Triangulasi, mempertentangkan persepsi seseorang pelaku dalam situasi tertentu dengan aktor-aktor lain dalam situasi itu, jadi data atau informasi yang telah diperoleh divalidasi dengan melakukan cek, recek, dan cek silang dengan pihak terkait untuk memperoleh kesimpulan yang objektif.
3. Interpretasi Data
Penelitian
Interpretasi berarti
mengartikan hasil penelitian berdasarkan pemahaman yang dimiliki peneliti. Hal
ini dilakukan dengan acuan teori, dibandingkan dengan pengalaman, praktik, atau
penilaian dan pendapat guru. Hipotesis tindakan yang telah divalidasi
dicocokkan dengan mengacu pada kriteria, norma, dan nilai yang telah diterima
oleh guru dan siswa yang dikenai tindakan.
4. Penyusunan Laporan
Penelitian
Di Bab Hasil dan
Pembahasan Penelitian dalam Laporan PTK pada umumnya peneliti terlebih dulu
menyajikan paparan data yang mendeskripsikan secara ringkas apa saja yang dilakukan
peneliti sejak pengamatan awal (sebelum penelitian) yaitu kondisi awal guru dan
siswa diikuti refleksi awal yang merupakan dasar perencanaan tindakan siklus I,
dilanjutkan dengan paparan mengenai pelaksanaan tindakan, hasil observasi
kegiatan guru, observasi situasi dan kondisi kelas dan hasil observasi kegiatan
siswa. Paparan data itu kemudian diringkas dalam bentuk temuan penelitian yang
berisi pokok-pokok hasil observasi dan evaluasi yang disarikan dari paparan
data.
Berikutnya berdasarkan
temuan data dilakukan refleksi hasil tindakan siklus 1 yang dijadikan dasar
untuk merencanakan tindakan untuk siklus ke 2. Di sini dapat dibandingkan hasil
siklus 1 dengan indikator keberhasilan tindakan siklus 1 yang telah ditetapkan
berdasarkan refleksi awal.
Paparan data siklus dua
juga lengkap mulai perencanaan, pelaksanaan, observasi dan evaluasi. Ringkasan
paparan data dicantumkan dalam bentuk temuan penelitian. Temuan ini menjadi
dasar refleksi tindakan siklus ke 2, termasuk apakah perlu dilanjutkan dengan
pelaksanaan tindakan untuk siklus ke 3. Peneliti dapat membandingkan hasil
siklus 2 ini dengan indikator keberhasilan tindakan siklus 2 yang telah
ditetapkan berdasarkan hasil refleksi tindakan siklus ke 1.
Jadi prosedur analisis dan
interpretasi data penelitian dilaksanakan secara deskriptif kualitatif dengan
meringkas data (reduksi data), saturasi dan triangulasi.
Sumber Utama : http://pakguruonline.pendidikan.net
Daftar Rujukan
Chotimah,
Husnul, dkk. 2005. “Laporan Koordinator Bidang Studi Biologi Semester
II Tahun Pelajaran 2004-2005”. Malang: Yayasan Pendidikan
Universitas Negeri
Malang: SMA Laboratorium UM.
Depdikbud.
1999. Bahan Pelatihan Penelitian Tindakan. Jakarta: Depdikbud, Dirjen
Dikdasmen, Dikmenum.
Mills,
Geoffrey. 2003. Action Research: A Guide for the Teacher Researcher. New
Jersey: Prentice Hall.
Reed,
A. J. S. & Bergermann, V.E. 1992. A Guide to Observation and Participation:
In the Classroom. Connecticut: The Dushkin Publishing
Group, Inc.
Stringer,
Ernie. 2004. Action Research in Education. Columbus: Pearson, Menvi
Prentice Hall.
Tim
Biologi SMA Lab UM. 2005. “Jurnal Belajar Biologi Kelas X”. Malang: Yayasan
Pendidikan Universitas Negeri Malang.
Tim
PGSM. 1999. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Bahan
Pelatihan Dosen LPTK dan Guru Sekolah Menengah. Jakarta:
Proyek PGSM, Dikti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar