AKSIOLOGI
(Sebuah Cabang Kajian Ilmu Filsafat)
Oleh : H. Sy. Abubakar Al Qadrie
Filsafat adalah
ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam
manusia, dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana
hakikatnya sejauh yang dapat dicapai akal manusia setelah mencapai pengetahuan.

Dewasa ini, perkembangan ilmu sudah
melenceng jauh dari hakikatnya, dimana ilmu bukan lagi merupakan sarana yang
membantu manusia mencapai tujuan hidupnya, namun bahkan kemungkinan menciptakan
tujuan hidup itu sendiri. Disinilah moral sangat berperan sebagai landasan
normatif dalam penggunaan ilmu serta dituntut tanggung jawab sosial ilmuwan
dengan kapasitas keilmuwannya dalam menuntun pemanfaatan ilmu pengetahuan dan
teknologi sehingga tujuan hakiki dalam kehidupan manusia bisa tercapai.
PEMAHAMAN DASAR TENTANG AKSIOLOGI
1.
PENGERTIAN AKSIOLOGI
Menurut bahasa
Yunani, aksiologi berasal dari kata axios artinya nilai dan logos
artinya teori atau ilmu. Jadi aksiologi adalah teori tentang nilai.
Aksiologi bisa juga disebut sebagai the theory of value atau teori nilai.
Berikut ini dijelaskan beberapa definisi aksiologi. Menurut Suriasumantri
(1987:234) aksiologi adalah teori nilai
yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang di peroleh. Menurut
Kamus Bahasa Indonesia (1995:19) aksiologi
adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia, kajian tentang
nilai-nilai khususnya etika. Menurut Wibisono aksiologi adalah nilai-nilai sebagai tolak ukur kebenaran, etika dan
moral sebagai dasar normative penelitian dan penggalian, serta penerapan ilmu.
Dari
definisi-definisi aksiologi di atas, terlihat dengan jelas bahwa permasalahan
utama mengenai nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia
untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Teori tentang
nilai yang dalam filsafat mengacu pada permasalahan etika dan estetika. Etika
menilai perbuatan manusia, maka lebih tepat kalau dikatakan bahwa objek formal
etika adalah norma-norma kesusilaan manusia, dan dapat dikatakan pula bahwa
etika mempelajari tingkah laku manusia ditinjau dari segi baik dan tidak baik
di dalam suatu kondisi yang normative, yaitu suatu kondisi yang melibatkan
norma-norma. Sedangkan estetika berkaitan dengan nilai tentang pengalaman
keindahan yang dimiliki oleh manusia terhadap lingkungan dan fenomena di
sekelilingnya.
Jadi Aksiologi
adalah bagian dari filsafat yang menaruh perhatian tentang baik dan buruk,
benar dan salah, serta tentang cara dan tujuan. Secara spesipikasi Aksiologi
mencoba merumuskan suatu teori yang konsisten untuk perilaku etis.
Menurut Bramel Aksiologi terbagi tiga bagian :
a. Moral Conduct, yaitu
tindakan moral, Bidang ini melahirkan disiplin khusus yaitu etika.
b. Estetic expression,
yaitu ekspresi keindahan, bidang ini melahirkan keindahan
c. Socio-politcal life,
yaitu kehidupan social politik, yangakan melahirkan filsafat social politik.
Dalam Encyslopedia of philosophy dijelaskan aksiologi
disamakan dengan value and valuation :
- Nilai digunakan sebagai kata benda abstrak, Dalam pengertian yang lebih sempit seperti baik, menarik dan bagus. Sedangkan dalam pengertian yang lebih luas mencakup sebagai tambahan segala bentuk kewajiban, kebenaran dan kesucian.
- Nilai sebagai kata benda konkret. Contohnya ketika kita berkata sebuah nilai atau nilai-nilai. Ia sering dipakai untuk merujuk kepada sesuatu yang bernilai, seperti nilainya atau nilai dia.
- Nilai juga dipakai sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai, memberi nilai atau dinilai.
2.
KATEGORI DASAR AKSIOLOGI
Terdapat dua kategori dasar aksiologi :
a. Objectivism, yaitu penilaian terhadap sesuatu yang dilakukan apa
adanya sesuai keadaan objek yang dinilai.
Kategori dasar aksiologi objektifis melahirkan dua teori
pendekatan etika, yaitu :
1) Teori nilai intuitif
2) Teori nilai rasional
b. Subjectivism,
yaitu penilaian terhadap sesuatu dimana dalam proses penilaian terdapat unsur
intuisi (perasaan).
Kategori dasar aksiologi secara subjektifis melahirkan
dua teori pendekatan etika, yaitu :
1) Teori nilai alamiah
2) Teori nilai emotif
Teori
Nilai intuitif (The Intuitive theory of value)
Teori ini berpandangan bahwa sukar jika tidak bisa
dikatakan mustahil untuk mendefinisikan suatu perangkat nilai yang absolut.
Bagaimanapun juga suatu perangkat nilai yang absolute itu eksis dalam tatanan
yang bersifat obyektif. Nilai ditemukan melalui intuisi karena ada tatanan
moral yang bersifat baku. Mereka menegaskan bahwa nilai eksis sebagai piranti
obyek atau menyatu dalam hubungan antar obyek, dan validitas dari nilai tidak
bergantung pada eksistensi atau perilaku manusia. Sekali seseorang menemukan
dan mengakui nilai tersebut melalui proses intuitif, ia berkewajiban untuk
mengatur perilaku individual atau sosialnya selaras dengan preskripsi moralnya.
Teori
nilai rasional (The rational theory of value)
Bagi mereka janganlah percaya padanilai yang bersifat
obyektif dan murni independent dari manusia. Nilai tersebut ditemukan sebagai
hasil dari penalaran manusia. Fakta bahwa seseorang melakukan suatu yang benar
ketika ia tahu degan nalarnya bahwa itu benar, sebagai fakta bahwa hanya orang
jahat atau yang lalai ynag melakukan sesuatu berlawanan dengan kehendak atau
wahyu tuhan. Jadi dengan nalar atau peran tuhan nilai ultimo, obyektif, absolut
yang seharusnya mengarahkan perilakunya.
Teori
nilai alamiah (The naturalistic theory of value)
Nilai menurutnya diciptakan manusia bersama dengan
kebutuhan-kebutuhan dan hasrat-hasrat yang dialaminya. Nilai adalah produk
biososial, artefak manusia, yang diciptakan , dipakai, diuji oleh individu dan
masyarakat untuk melayani tujuan membimbing perilaku manusia. Pendekatan
naturalis mencakup teori nilai instrumental dimana keputusan nilai tidak absolute
tetapi bersifat relative. Nilai secara umum hakikatnya bersifat subyektif,
bergantung pada kondisi manusia.
Teori
nilai emotif (The emotive theory of value)
Jika tiga aliran sebelumnya menentukan konsep nilai
dengan status kognitifnya, maka teori ini memandang bahwa konsep moral dan
etika bukanlah keputusan factual tetapi hanya merupakan ekspresi emosi dan
tingkah laku. Nilai tidak lebih dari suatu opini yang tidak bisa diverivikasi,
sekalipun diakui bahwa penelitian menjadi bagian penting dari tindakan manusia.
Kapuas Hulu, 30 Mei 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar