Jumat, 20 Juli 2012

KEISTIMEWAAN PUASA RAMADHAN

Keistimewaan-keistimewaan puasa Ramadhan
Posting By : h. sy. abubakar al qadrie

Dalam ajaran Islam, orang yang melakukan puasa pada bulan Ramadhan mempunyai beberapa keistimewaan. Di antara keistimewaan-keistimewaan dimaksud adalah:

1.    Puasa merupakan junnah (tameng, perisai).

Orang yang berpuasa akan terhindar dari api neraka karena dia mempunyai perisai yang sangat kuat berupa puasa. Hal ini berdasarkan kepada hadits:
Artinya: Rasulullah saw bersabda: "Puasa itu merupakan perisai yang dapat menghalangi seorang hamba dari panasnya siksa api neraka" (HR. Ahmad).

Dalam hadits lain Rasulullah saw bersabda :


 
Artinya: Rasulullah saw bersabda: "Tidak ada seorang hamba pun yang berpuasa sekalipun satu hari di jalan Allah, kecuali Allah akan menjauhkan dirinya dari siksa api neraka sebanyak tujuh puluh kharif (tujuh puluh kharif maksudnya adalah sejauh perjalanan yang menghabiskan masa tujuh puluh tahun)" (HR. Bukhari Muslim).

Dalam hadtis lain, yang artinya: "Rasulullah saw bersabda:
"Barangsiapa yang berpuasa satu hari di jalan Allah, maka Allah akan menjadikan pemisah berupa sebuah parit antara dia dengan api neraka yang jarak parit tersebut antara langit dan bumi" (HR. Turmudzi dan Thabrani).

Apa Maksud dari Perisai?
Para ulama dalam hal ini terbagi kepada dua pendapat. Sebagian ulama berpendapat bahwa tameng di sini adalah tameng dari perbuatan dosa dan maksiat. Artinya, orang yang berpuasa sejatinya dapat menghalangi dirinya dari perbuatan dosa dan maksiat. Oleh karena itu, menurut kelompok ini, banyak sekali dalam hadits Rasulullah saw yang selalu mengiringkan perintah ibadah puasa dengan larangan berbuat dosa, misalnya berdusta, bertengkar, dan berkata yang tidak baik. Hal ini misalnya terlihat dalam sabda Rasulullah saw berikut ini:

"Apabila salah seorang di antara kalian sedang berpuasa, maka janganlah ia berkata-kata kotor dan bertengkar. Apabila seseorang mencaci atau memaki kamu maka katakanlah: "Saya sedang berpuasa" (HR. Bukhari Muslim).

Demikian juga dengan hadits Rasulullah saw tentang pernikahan.
Rasulullah saw menganjurkan laki-laki yang belum mampu untuk menikah agar berpuasa, karena puasa dapat menahan hawa nafsu dan syahwat. Ini semakin menguatkan bahwa puasa merupakan tameng dari perbuatan dosa dan maksiat. Oleh karena itu, bagi orang yang berpuasa namun tidak dapat menahan dirinya dari perbuatan dosa dan maksiat, maka tamengnya tidak atau kurang berfungsi dan karenanya Rasulullah saw mengecam
orang tersebut dengan mengatakan bahwa dia tidak akan mendapatkan pahala selain haus dan dahaga saja. Sebagian ulama lainnya berpendapat bahwa puasa itu merupakan tameng atau perisai dari api neraka. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits di mana Rasulullah saw bersabda:
"Puasa itu merupakan tameng dari api neraka" (HR. Ahmad dan Turmudzi).

Demikian juga dengan hadits-hadits lainnya, misalnya:
"Puasa itu adalah perisai yang dapat menghalangi seseorang dari api neraka" (HR. Ahmad dan Baihaki).
Dari dua pendapat di atas, penulis mencoba menggabungkan bahwa puasa menjadi tameng dari perbuatan dosa dan maksiat itu untuk di dunia, sementara ia akan menjadi tameng dan perisai dari api neraka itu kelak di akhirat.

2.    Puasa dapat memasukkan ke surga

Keistimewaan lainnya dari pelaksanaan ibadah puasa adalah akan memasukkan pelakunya ke dalam surga. Hal ini sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah saw :
artinya: "Abu Umamah berkata: "Saya bertanya kepada Rasulullah saw: 'Wahai Rasulullah saw, tunjukkan kepada saya sebuah amal perbuatan yang dapat memasukkan saya ke dalam surga". Rasulullah saw menjawab: "Berpuasalah, karena tidak ada amalan yang sebanding pahalanya dengan puasa" (HR. Nasai, Ibn Majah dan Hakim).

3.    Orang yang berpuasa akan mendapatkan pahala yang tidak terhingga

Hal ini didasarkan kepada hadits Rasulullah saw yang artinya:
"Rasulullah saw bersabda: "Seluruh amal perbuatan Ibn Adam akan dilipatkan pahalanya. Satu kebaikan akan dibalas dengan sepuluh kebaikan bahkan dapat sampai tujuh ratus kali lipat.

Allah berfirman:
"Kecuali puasa, ia itu khusus bagiKu dan Aku lah yang akan membalasnya secara langsung. Ia meninggalkan syahwatnya, makanannya semata-mata karenaKu. Orang yang berpuasa itu akan memperoleh dua kebahagiaan: Kebahagiaan ketika berbuka dan kebahagiaan ketika ia berjumpa dengan Tuhannya kelak. Bau mulut orang yang berpuasa itu di sisi Allah, lebih wangi dari pada wanginya minyak kasturi" (HR. Muslim).


Bukankah Amal Ibadah yang Lain juga untuk Allah?
Dalam hadits di atas disebutkan bahwa hanya puasalah yang akan dibalas langsung oleh Allah dan hanya puasa juga yang khusus untuk Allah. Persoalannya, bukankah amal ibadah lainnya juga ditujukan, akan diterima dan akan dibalas oleh Allah? Mengapa dalam hadits ini seolah
hanya ibadah puasa yang akan dibalas dan diterima oleh Allah? Para ulama dalam hal ini sangat beragam penafsirannya. Sebagian ulama seperti Abu Ubaid berpendapat bahwa hadits di atas tidak berarti bahwa hanya puasa yang akan dibalas langsung oleh Allah, akan tetapi juga seluruh amal ibadah lainnya. Hanya saja, dengan pengkhususan puasa di sini dimaksudkan karena ibadah puasa berbeda dengan yang lainnya dalam hal bahwa puasa lebih dapat terhindar dari perbuatan riya.
Sebagian ulama lain berpendapat bahwa maksud penghususan puasa di atas, adalah bahwa  hanya ibadah puasa yang akan dilipat gandakan pahalanya sampai tidak terhingga. Dan yang mengetahui besarnya pahala tersebut hanyalah Allah swt saja. Sementara ibadah lainnya, sudah jelas nashnya bahwa sekalipun akan dilipat gandakan, pahalanya tidak lebih dari tujuh ratus kali lipat sebagaimana disebutkan dalam hadits di atas. Menurut ulama lain semisal Ibn Rajab, bahwa disebutkannya puasa itu akan dibalas langsung oleh Allah, ini karena puasa mempunyai dua kelebihan.
Pertama, puasa adalah rahasia antara orang yang melakukan puasa dengan Tuhannya saja, dan tidak ada yang mengetahui selain dia dan Allah saja
Kedua, alasan lainnya menurut Ibn Rajab adalah bahwa hanya ibadah puasa saja yang mencegah dan meninggalkan dari semua hawa nafsu dan syahwat baik yang lahir maupun yang bathin yang merupakan sumber berbuat dosa dan maksiat.

Dan hal ini tentu tidak didapatkan dalam ibadah lainnya. Ihram misalnya, memang ada  larangan untuk meninggalkan perbuatan jima' (berhubungan badan), namun ia tidak melarang untuk hal-hal yang menjadi sumber syahwat lainnya, misalnya orang yang ihram masih boleh makan, minum dan lainnya. I'tikaf, juga ibadah yang melarang untuk berbuat jima', namun tidak melarang untuk yang lainnya misalnya makan dan minum. Shalat juga demikian. Sekalipun dilarang untuk makan dan minum, namun waktu larangan tersebut hanyalah sebentar, tidak lebih dari 5 atau sepuluh menit saja. Bahkan, sebagian ulama membolehkan seseorang untuk minum sedikit air ketika sedang melakukan shalat Sunnat. Dan hal ini pernah dilakukan oleh Ibn Zubair.

4.    Orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan; ketika berbuka dan ketika bertemu dengan Allah kelak.

Hal ini didasarkan kepada hadits, artinya: "Rasulullah saw bersabda:
"Seluruh amal perbuatan Ibn Adam akan dilipatkan pahalanya. Satu kebaikan akan dibalas dengan sepuluh kebaikan bahkan dapat sampai tujuh ratus kali lipat.
Allah berfirman: "Kecuali puasa, ia itu khusus bagiKu dan Aku lah yang akan membalasnya secara langsung. Ia meninggalkan syahwatnya, makanannya semata-mata karenaKu. Orang yang berpuasa itu akan memperoleh dua kebahagiaan: Kebahagiaan ketika berbuka dan kebahagiaan ketika ia berjumpa dengan Tuhannya kelak. Bau mulut orang yang berpuasa itu di sisi Allah, lebih wangi dari pada wanginya minyak kasturi" (HR. Muslim).

5.     Bau mulut orang yang berpuasa, di sisi Allah, lebih harum daripada wanginya minyak kasturi.

Hal ini di samping berdasarkan hadits di atas, juga berdasarkan hadits berikut yang artinya:
"Rasulullah saw bersabda: "Allahberfirman: "Seluruh pahala amal perbuatan anak cucu Adam itu milikNya, kecuali puasa, ia adalah milikKu dan Aku lah yang akan membalasnya.
Puasa itu adalah perisai, oleh karena itu, apabila seseorang sedang berpuasa, maka janganlah ia mengeluarkan kata-kata keji dan jangan pula bertengkar. Apabila seseorang mencacinya atau memeranginya, maka katakanlah bahwasannya saya sedang berpuasa. Demi diri Muhammad yang berada ditanganNya, bau mulut orang yang sedang berpuasa itu, di sisi
Allah, jauh lebih wangi dan lebih harum dari pada harumnya minyak kasturi. Orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan; kebahagiaan ketika ia berbuka dan kebahagiaan ketika kelak bertemu dengan Allah swt karena puasanya itu" (HR. Bukhari Muslim).

6.    Puasa dan al-Qur'an akan dapat memberikan syafaat (pertolongan) kelak di hari Kiamat.

Dalam sebuah hadits dikatakan:: "Rasulullah saw bersabda: "Puasa dan (rajin membaca) al-Qur'an, kelak pada hari Kiamat dapat memberikan syafaat (pertolongan) kepada hamba. Puasa kelak akan berkata: "Ya Allah, ia telah menahan dirinya dari makanan dan hawa nafsunya, maka jadikanlah saya sebagai penolongnya". Al-Qur'an juga kelak akan
berkata: "Ya Allah, ia telah rela meluangkan waktunya untuk tidak tidur pada malam hari (karena membaca al-Qur'an), maka jadikanlah saya sebagai penolongnya (pemberi syafa'at)". Lalu puasa dan al-Qur'an pun, berkat idzinNya, menjadi penolong bagi hamba tersebut" (HR. Ahmad dan Hakim).

7.    Puasa dapat menghapus dosa
Dalam sebuah hadits Rasulullah saw bersabda: "Fitnah bagi seorang laki-laki itu akan ditemukan di keluarga, harta dan tetangganya. Namun, semua itu dapat ditutup dan ditebus dengan jalan shalat, puasa dan shadaqah" (HR. Bukhari Muslim).

8.    Orang yang berpuasa akan masuk surga melalui pintu khusus yang disebut dengan pintu Rayyan

Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah saw: "Di surga itu terdapat sebuah pintu yang disebut dengan pintu Rayyan. Pintu itu hanya akan dilalui kelak di hari Kiamat oleh mereka yang berpuasa dan tidak akan pernah dimasuki oleh orang selain mereka yang berpuasa. Apabila
orang-orang yang berpuasa telah masuk, maka pintu itu dengan sendirinya akan terkunci, dan tidak dapat masuk melaluinya seorang pun. Demikian juga apabila orang yang paling akhir memasuki pintu tersebut, maka ia akan terkunci dengan sendirinya. Barangsiapa yang
masuk ke dalam surga melalui pintu tersebut, ia akan minum, dan siapa yang minum, maka ia tidak akan pernah merasa kehausan selamanya" (HR. Bukhari Muslim).

Dalam hadits lain sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari disebutkan bahwa di surga itu terdapat delapan buah pintu, salah satunya bernama pintu Rayyan. Pintu ini hanya dimasuki oleh orang-orang yang berpuasa saja. Kata Rayyan berasal dari kata ar-riyy yang berarti banyak air, tidak dahaga. Jadi pintu Rayyan maksudnya, pintu surga yang apabila
dimasuki, penghuninya tidak akan merasakan haus dan dahaga selamanya sebagaimana disebutkan dalam hadits di atas. Ini tentu sesuai dengan arti dari ar-Rayyan sendiri yang berarti tidak dahaga, banyak air. Ibnu Hajar al-Asqalany dalam kitabnya, Fathul Bari (4/111), mengatakan bahwa pintu surga untuk orang yang berpuasa disebut Rayyan dan bukan nama lain yang menunjukkan kepada rasa lapar, karena umumnya orang yang berpuasa lebih membutuhkan air daripada makanan. Atau dengan bahasa lain, orang yang berpuasa lebih merasa berat dan lemah karena dahaganya dari pada karena rasa laparnya. Untuk itulah, nama pintu tersebut dinamakan Rayyan yang lebih berarti untuk menghilangkan rasa
haus, dan bukan dengan nama lain yang menunjukkan untuk menghilangkan rasa lapar.

9.    Bulan diturunkannya al-Qur'an dan kitab-kitab lainnya. Al-Qur'an diturunkan oleh Allah pada malam Lailatul Qadar tepatnya pada bulan Ramadhan,

Hal ini sebagaimana firmanNya: "Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur`an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu" (QS. Al-Baqarah: 185).
Karena pada bulan Ramadhan ini al-Qur'an diturunkan, maka sebagai keistimewaan bulan tersebut, Allah mewajibkan untuk berpuasa di dalamnya.

10.  Pada bulan Ramadhan syetan-syetan diikat dan dirantai, pintu neraka ditutup serta pintu surga dibukakan.

Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah saw: "Apabila bulan Ramadhan telah tiba, maka dibukakan pintu-pintu surga, dikunci pintu-pintu neraka dan syaithan-syaithan diikat serta dirantai" (HR. Bukhari Muslim). Dalam hadits lain dikatakan: "Apabila awal malam bulan Ramadhan tiba, maka dirantailah syaithan-syaithan, diikat (diusir) jin (jin jahat), dikunci pintu-pintu neraka sehingga tidak ada satu pintu pun yang terbuka, dibuka pintu-pintu surga sehingga tidak ada satu pintu pun yang terkunci. Lalu seorang penyeru menyeru: "Wahai penggemar kebaikan, terimalah (bulan Ramadhan ini), dan wahai penggemar
kejahatan, batasilah (kejahatannya), karena Allah pada setiap malam dari bulan Ramadhan ini akan membebaskan kalian dari siksa api neraka" (HR. Turmudzi, Ibn Majah dan Ibn Huzaimah).

11.  Pada bulan ini terdapat Lailatul Qadar Sehubungan dengan Lailatul Qadar ini,

Allah berfirman: "Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur`an) pada malam kemuliaan (Lailatul Qadar). Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar" (QS. Al-Qadar: 1-5).

12.  Pada bulan ini pahala ibadah sunnah dilipatkan menjadi pahala wajib dan pahala ibadah wajib dilipatkan menjadi tujuh puluh kali lipat.

Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah saw: "Barang siapa yang melaksanakan amalan sunnah pada bulan Ramadhan, maka pahalanya sama dengan pahala melaksanakan ibadah wajib pada bulan selain Ramadhan. Dan barang siapa yang melaksanakan ibadah wajib pada bulan Ramadhan, maka pahalanya sama dengan pahala yang melaksanakan tujuh puluh ibadah
wajib pada bulan selain Ramadhan" (HR. Baihaki). Ibnu Rajab dalam bukunya Lathaiful Ma'arif (hal. 205-207) mengatakanbahwa sebab dilipatgandakannya pahala itu ada beberapa macam.

Pertama, sebuah amal ibadah dilipatgandakan pahalanya karena kemuliaan tempat melaksanakannya (syaraful makan), misalnya ibadah yang dilakukan di Mekah (tanah Haram). Dalam banyak hadits disebutkan bahwa ibadah, baik shalat maupun puasa, yang dilakukan di Mekah, pahalanya akan dilipatgandakan. Dalam sebuah hadits misalnya
dikatakan: "Shalat di mesjidku ini (Masjid Nabawi di Madinah), lebih baik seribu kali shalat daripada shalat di mesjid-mesjid selainnya, selain di Mesjidil Haram (Mekah)" (HR. Bukhari Muslim).

Hadits ini mengisyaratkan bahwa shalat di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi dilipat gandakan pahalanya dari pada shalat di mesjid lainnya karena kemuliaan tempat di mana mesjid itu berada, yakni di Mekah. Dalam hadits lain juga dikatakan: "Ibnu Abbas berkata: "Barang siapa
yang mendapati Ramadhan di Mekah, lalu ia berpuasa dan melaksanakan ibadah di sana menurut kemampuannya, Allah akan memberikan pahala kepadanya seratus ribu pahala dari bulan Ramadhan yang dilakukan di selain Mekah" (HR. Ibn Majah dengan sanad Dhaif).
Hadits ini juga mengisyaratkan bahwa dilipatgandakannya pahala Ramadhan, lantaran dilakukan ditempat yang dimuliakan oleh Allah, Mekah (syaraful makan).

Kedua, amal ibadah dilipatgandakan pahalanya karena kemuliaan waktu (syarafuz zaman), misalnya, bulan Ramadhan, tanggal sembilan Dzul Hijjah dan lainnya. Dalam hadits yang telah disebutkan di atas misalnya dikatakan: Rasulullah saw bersabda: "Barang siapa yang
melaksanakan amalan sunnah pada bulan Ramadhan, maka pahalanya sama dengan pahala yang melaksanakan ibadah wajib pada bulan selain Ramadhan. Dan barang siapa yang melaksanakan ibadah wajib pada bulan Ramadhan, maka pahalanya sama dengan pahala yang melaksanakan tujuh puluh ibadah wajib pada bulan selain Ramadhan" (HR. Baihaki).

Dalam hadits lain misalnya juga disebutkan: "Suatu hari Rasulullah saw ditanya: "Shadaqah yang bagaimana yang paling baik?" Rasulullah saw menjawab: "Shadaqah yang dilakukan pada bulan Ramadhan" (HR. Turmudzi). Dalam hadits lain disebutkan: "Umrah pada bulan Ramadhan pahalanya sama dengan pahala melaksanakan ibadah haji". Dalam riwayat lain
dikatakan: "Umrah pada bulan Ramadhan sama dengan melaksanakan ibadah haji bersamaku" (HR. Bukhari Muslim).

Ketiga, dilipatgandakannya pahala ibadah seseorang lantaran orang yang melaksanakannya (syaraful 'aamil). Dalam banyak keterangan disebutkan bahwa ibadah yang dilakukan oleh ummat Rasulullah saw lebih dilipatgandakan pahalanya dari pada yang dilakukan oleh ummat nabi-nabi lainnya. Demikian juga dalam hadits di bawah ini disebutkan bahwa amalan para sahabat lebih utama dari pada amal ibadah lainnya dan karenanya ibadah para sahabat pahalanya lebih dilipatgandakan dari pada pahala ibadah orang-orang lainnya, sebagaimana sabda Rasulullah saw: "Janganlah kalian mencaci sahabat-sahabatku, karena demi diriku yang berada di tanganNya, kalau saja seseorang di antara kalian berinfak emas sebesar gunung Uhud, maka tidak akan pernah sebanding meskipun dengan satu mud dari salah seorang mereka bahkan tidak akan sampai setengahnya".

Dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa hadits di atas yang mengatakan bahwa pahala sunnat pada bulan Ramadhan sama dengan pahala wajib pada bulan-bulan lainnya, dan pahala wajib pada bulan Ramadhan sama dengan tujuh puluh kali lipat pahala wajib pada bulan-bulan
lainnya, semua itu dikarenakan kemuliaan waktu melaksanakannya, yakni bulan Ramadhan (syarafuz zaman).

Read More......

KEUTAMAAN SHALAT TARAWIH


KEUTAMAAN SHALAT TARAWIH

Diriwayatkan dari Ali Bin Abi Thalib ra bahwasanya berkata ia : Nabi Muhammad SAW pernah ditanya tentang kelebihan Shalat Tarawih di Bulan Ramadhan, maka beliaw bersabda :

MALAM PERTAMA              :
SEORANG MUKMIN AKAN DIKELUARKAN DARI DOSANYA  SEPERTI IA DILAHIRKAN DARI PERUT IBUNYA
MALAM KEDUA    :
DIAMPUNKAN BAGINYA DAN BAGI KEDUA IBU BAPAKNYA JIKA KEDUNYA ITU BERIMAN
MALAM KETIGA  :
BERSERULAH SEORANG MALAIKAT DARI BAWAH ; ARASY:MULAILAH OLEHMU DENGAN BERAMAL,
ALLAH SWT TELAH MENGAMPUNKAN APA-APA YANG TERDAHULU DARIPADA DOSAMU
MALAM KEEMPAT:
BAGINYA DARIPADA PAHALA SEPERTI MEMBACA TAURAT, INJIL, DAN FURQAAN.
MALAM KELIMA  :
ALLAH BERIKAN KEPADANYA SEPERTI PAHALA ORANG YANG BERSEMBAHYANG DI
MASJIDIL HARAM, MASJID MADINAH, DAN MASJIDIL AQSHA.
MALAM KEENAM :
ALLAH BERIKAN KEPADANYA PAHALA ORANG YANG THAWAF PADA ALBAITUL MA’MUR
DAN MEMOHONKAN AMPUNNAN BAGINYA OLEH SEGALA BATU DAN LUMPUR.
MALAM KETUJUH               :
MAKA SEOLAH-OLAH DIA MENGALAMI ZAMAN NABI MUSA AS DAN MENOLONGNYA DALAM MELAWAN
FIR’AUN DAN HAAMAAN.
MALAM KEDELAPAN          :
ALLAH BERIKAN KEPADANYA AKAN APA-APA YANG DIBERIKAN KEPADA NABIYALLAH IBRAHIM AS.
MALAM KESEMBILAN        :
MAKA SEOLAH-OLAH IA MENYEMBAH ALLAH SWT SEPERTI IBADATNYA NABI SAW.
MALAM KESEPULUH:
ALLAH BERIKAN REZEKI KEPADANYA AKAN KEBAIKAN DUNIA DAN AKHIRAT.
MALAM KESEBELAS :
KELUAR IA DARI DUNIA SEPERTI HARI LAHIR IA DILAHIRKAN OLEH IBUNYA.
MALAM KEDUABELAS :
DATANG IA PADA HARI KIAMAT PADA WAJAH LAKSANA BULAN DI MALAM EMPAT BELAS.
MALAM TIGAABELAS :
DATANG IA DI HARI KIAMAT DENGAN KEADAAN AMAN DARIPADA TIAP KEJAHATAN.
MALAM KEEMPATBELAS:
DATANGLAH PARA MALAIKAT MENYAKSIKAN BAHWA DIA TELAH MELAKUKAN SALAT TARAWIH.
MALAM KELIMABELAS:
PARA MALAIKAT DAN PARA PEMIKUL-PEMIKUL ‘ARASY DAN KURSI MEMINTAKAN AMPUN UNTUKNYA.
MALAM ENAMBELAS :
DITULISKAN ALLAH BAGINYA KEBEBASAN SELAMAT DARI NERAKA DAN KEBEBASAN UNTUK MASUK KE DALAM SURGA.
MALAM TUJUHBELAS :
DIBERIKAN KEPADANYA SEPERTI PAHALA NABI-NABI.
MALAM DELAPANBELAS :
BERSERULAH SEORANG MALAIKAT:WAHAI HAMBA ALLAH,SESUNGGUHNYA ALLAH TELAH RIDHO KEPADAMU DAN KEDUA IBU-BAPAKMU.
MALAM SEMBILANBELAS :
DIANGKATKAN ALLAH DERAJATNYA PADA SURGA FIRDAUS.
MALAM DUAPULUH :
DIBERIKAN KEPADANYA PAHALA ORANG-ORANG YANG MATI SYAHID DAN ORANG-ORANG SALEH.
MALAM DUAPULUHSATU :
ALLAH BUATKAN KEPADANYA SEBUAH RUMAH DARIPADA NUR DIDALAM SURGA.
MALAM DUAPULUHDUA :
DATANG IA PADA HARI KIAMAT DALAM KEADAAN AMAN DALAM DUKA CITA.
MALAM DUAPULUHTIGA :
ALLAH BUATKAN KEPADANYA SEBUAH KOTA DIDALAM SURGA
MALAM DUAPULUHEMPAT :
ADA BAGINYA 24 MACAM DOA YANG MUSTAJAB.
MALAM DUAPULUHLIMA :
ALLAH ANGKATKAN DARIPADA ADZAB KUBUR.
MALAM DUAPULUHENAM :
ALLAH SWT ANGKATKAN BAGINYA PAHALA 24 TAHUN/
MALAM DUAPULUHTUJUH :
IA AKAN DIMUDAHKAN MELALUI JEMBATAN SHIROTAL MUSTAQIM SECEPAT KILAT MENYAMBAR.
MALAM DUAPULUHDELAPAN:
ALLAH ANGKATKAN BAGINYA SERIBU DERAJAT DIDALAM SURGA.
MALAM DUAPULUHSEMBILAN:
ALLAH BERIKAN PAHALA SERIBU HAJI YANG DITERIMA.
MALAM KETIGAPULUH:
ALLAH SWT BERFIRMAN:WAHAI HAMBAKU,MAKANLAH OLEHMU DARIPADA BUAH-BUAHAN SURGA DAN MANDILAH DARI AIR SALSABIL DAN MINUMLAH DARI AIR ALKAUTSAR.AKU TUHANMU DAN ENGKAU ADALAH HAMBAKU.

Read More......

Rabu, 30 Mei 2012


AKSIOLOGI
(Sebuah Cabang Kajian Ilmu Filsafat)
Oleh : H. Sy. Abubakar Al Qadrie

Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam manusia, dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat dicapai akal manusia setelah mencapai pengetahuan.
Filsafat pengetahuan merupakan bagian yang membicarakan tentang ontologis, epistomologis dan aksiologi. Aksiologi dalam kajian merupakan ilmu membicarakan untuk apa dan untuk siapa.
Dewasa ini, perkembangan ilmu sudah melenceng jauh dari hakikatnya, dimana ilmu bukan lagi merupakan sarana yang membantu manusia mencapai tujuan hidupnya, namun bahkan kemungkinan menciptakan tujuan hidup itu sendiri. Disinilah moral sangat berperan sebagai landasan normatif dalam penggunaan ilmu serta dituntut tanggung jawab sosial ilmuwan dengan kapasitas keilmuwannya dalam menuntun pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga tujuan hakiki dalam kehidupan manusia bisa tercapai.

PEMAHAMAN DASAR TENTANG AKSIOLOGI

1.   PENGERTIAN AKSIOLOGI
Menurut bahasa Yunani, aksiologi berasal dari kata axios artinya nilai dan logos artinya teori atau ilmu. Jadi aksiologi adalah teori tentang nilai. Aksiologi bisa juga disebut sebagai the theory of value atau teori nilai. Berikut ini dijelaskan beberapa definisi aksiologi. Menurut Suriasumantri (1987:234) aksiologi adalah teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang di peroleh. Menurut Kamus Bahasa Indonesia (1995:19) aksiologi adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia, kajian tentang nilai-nilai khususnya etika. Menurut Wibisono aksiologi adalah nilai-nilai sebagai tolak ukur kebenaran, etika dan moral sebagai dasar normative penelitian dan penggalian, serta penerapan ilmu.
Dari definisi-definisi aksiologi di atas, terlihat dengan jelas bahwa permasalahan utama mengenai nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Teori tentang nilai yang dalam filsafat mengacu pada permasalahan etika dan estetika. Etika menilai perbuatan manusia, maka lebih tepat kalau dikatakan bahwa objek formal etika adalah norma-norma kesusilaan manusia, dan dapat dikatakan pula bahwa etika mempelajari tingkah laku manusia ditinjau dari segi baik dan tidak baik di dalam suatu kondisi yang normative, yaitu suatu kondisi yang melibatkan norma-norma. Sedangkan estetika berkaitan dengan nilai tentang pengalaman keindahan yang dimiliki oleh manusia terhadap lingkungan dan fenomena di sekelilingnya.
Jadi Aksiologi adalah bagian dari filsafat yang menaruh perhatian tentang baik dan buruk, benar dan salah, serta tentang cara dan tujuan. Secara spesipikasi Aksiologi mencoba merumuskan suatu teori yang konsisten untuk perilaku etis.
Menurut Bramel Aksiologi terbagi tiga bagian :
a.   Moral Conduct, yaitu tindakan moral, Bidang ini melahirkan disiplin khusus yaitu etika.
b.   Estetic expression, yaitu ekspresi keindahan, bidang ini melahirkan keindahan
c.   Socio-politcal life, yaitu kehidupan social politik, yangakan melahirkan filsafat social politik.
Dalam Encyslopedia of philosophy dijelaskan aksiologi disamakan dengan value and valuation :
  • Nilai digunakan sebagai kata benda abstrak, Dalam pengertian yang lebih sempit seperti baik, menarik dan bagus. Sedangkan dalam pengertian yang lebih luas mencakup sebagai tambahan segala bentuk kewajiban, kebenaran dan kesucian. 
  • Nilai sebagai kata benda konkret. Contohnya ketika kita berkata sebuah nilai atau nilai-nilai. Ia sering dipakai untuk merujuk kepada sesuatu yang bernilai, seperti nilainya atau nilai dia. 
  •  Nilai juga dipakai sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai, memberi nilai atau dinilai.

2.   KATEGORI DASAR AKSIOLOGI
Terdapat dua kategori dasar aksiologi :
a.   Objectivism, yaitu penilaian terhadap sesuatu yang dilakukan apa adanya sesuai keadaan objek yang dinilai.
Kategori dasar aksiologi objektifis melahirkan dua teori pendekatan etika, yaitu :
1)   Teori nilai intuitif
2)   Teori nilai rasional

b.   Subjectivism, yaitu penilaian terhadap sesuatu dimana dalam proses penilaian terdapat unsur intuisi (perasaan).
Kategori dasar aksiologi secara subjektifis melahirkan dua teori pendekatan etika, yaitu :
1)   Teori nilai alamiah
2)   Teori nilai emotif

Teori Nilai intuitif (The Intuitive theory of value)
Teori ini berpandangan bahwa sukar jika tidak bisa dikatakan mustahil untuk mendefinisikan suatu perangkat nilai yang absolut. Bagaimanapun juga suatu perangkat nilai yang absolute itu eksis dalam tatanan yang bersifat obyektif. Nilai ditemukan melalui intuisi karena ada tatanan moral yang bersifat baku. Mereka menegaskan bahwa nilai eksis sebagai piranti obyek atau menyatu dalam hubungan antar obyek, dan validitas dari nilai tidak bergantung pada eksistensi atau perilaku manusia. Sekali seseorang menemukan dan mengakui nilai tersebut melalui proses intuitif, ia berkewajiban untuk mengatur perilaku individual atau sosialnya selaras dengan preskripsi moralnya.

Teori nilai rasional (The rational theory of value)
Bagi mereka janganlah percaya padanilai yang bersifat obyektif dan murni independent dari manusia. Nilai tersebut ditemukan sebagai hasil dari penalaran manusia. Fakta bahwa seseorang melakukan suatu yang benar ketika ia tahu degan nalarnya bahwa itu benar, sebagai fakta bahwa hanya orang jahat atau yang lalai ynag melakukan sesuatu berlawanan dengan kehendak atau wahyu tuhan. Jadi dengan nalar atau peran tuhan nilai ultimo, obyektif, absolut yang seharusnya mengarahkan perilakunya.

Teori nilai alamiah (The naturalistic theory of value)
Nilai menurutnya diciptakan manusia bersama dengan kebutuhan-kebutuhan dan hasrat-hasrat yang dialaminya. Nilai adalah produk biososial, artefak manusia, yang diciptakan , dipakai, diuji oleh individu dan masyarakat untuk melayani tujuan membimbing perilaku manusia. Pendekatan naturalis mencakup teori nilai instrumental dimana keputusan nilai tidak absolute tetapi bersifat relative. Nilai secara umum hakikatnya bersifat subyektif, bergantung pada kondisi manusia.

Teori nilai emotif (The emotive theory of value)
Jika tiga aliran sebelumnya menentukan konsep nilai dengan status kognitifnya, maka teori ini memandang bahwa konsep moral dan etika bukanlah keputusan factual tetapi hanya merupakan ekspresi emosi dan tingkah laku. Nilai tidak lebih dari suatu opini yang tidak bisa diverivikasi, sekalipun diakui bahwa penelitian menjadi bagian penting dari tindakan manusia.

Kapuas Hulu, 30 Mei 2012

Read More......